FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PEPAYA
PUTRI ARISTA DEWI
Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Jember
ABSTRAK
Sebagian besar papaya diperbanyak dengan pembenihan. Perkecambahan merupakan proses awal kegiatan pertumbuhan embrio, yang selalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Di antara berbagai faktor lingkungan, cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih dan pengaruh yang ditimbulkan oleh cahaya terhadap perkecambahan. Faktor internal yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih yaitu termasuk persediaan cadangan makanan dan kandungan hormon dalam biji, yang dikontrol oleh genetik tanaman. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkecambahan antara lain temperatur, kelembapan, air, hormon, dan sinar matahari. Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
Kata kunci : benih, perkecambahan, cahaya
PENDAHULUAN
Luas lahan kritis di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 59 juta ha. Upaya reboisasi hingga tahun 2008 diperkirakan baru mencapai 10% atau 3 – 5 juta ha (Harun, 2008). Berbagai program penanaman harus terus dilakukan untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut dan sebagai upaya mitigasi untuk mengurangi bencana yang diakibatkan oleh keberadaan lahan kritis. Upaya tersebut jelas memerlukan dukungan ketersediaan benih bermutu dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu. Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan dan digunakan untuk penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna, pengedar, maupun pengada. Aspek legal dari mutu benih ini memerlukan perangkat berupa metode pengujian yang standar. Metode ini diharapkan mampu memberikan hasil yang seragam apabila pengujian terhadap suatu kelompok benih dilakukan oleh institusi yang berbeda.
Buah berbentuk kapsul, jika sudah masak kapsul akan merekah. Benih lokal telah beradaptasi dengan kondisi-kondisi setempat. Benih-benih ini telah tumbuh lama pada iklim dan tanah setempat sehingga menjadi semakin kuat. Jika seseorang dari salah satu tempat di Indonesia misalnya, pergi dan tinggal di Inggris akan membutuhkan banyak waktu untuk beradaptasi pada iklim dingin, manusianya, bahasa, dan budaya. Sama halnya dengan benih dan tanaman. Tanaman yang tumbuhnya paling sehat dan paling kuat merupakan tanaman terbaik yang dapat dijadikan sumber benih. Benih dikatakan telah masak fisiologis jika buah sudah mulai mengeras, berwarna coklat tua dan tutup buah mulai terbuka sebagian, tetapi benih belum keluar dari buah. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena sifat benihnya yang halus. Untuk menghindari kegagalan, maka perlu di ketahui terlebih dahulu apakah biji atau benih tanaman budi daya yang akan di sebar di lapangan dapat berkecambah dengan baik dan dalam waktu yang memadai.
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan biji tersebut berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Perkecambahan adalah proses awal kegiatan pertumbuhan embrio, yang selalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Di antara berbagai faktor lingkungan, cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal (Sujarwati, 2004).
Sebagian besar papaya diperbanyak dengan pembenihan. Bila telah varietas papaya yang bersifat unggul, produktif, dan berkualitas baik maka dapat dilakukan upaya untuk mndapatkan benih sendiri. Caranya adalah dengan melakukan penyerbukan sendiri pada bunga papaya sempurna atau melakukan penyerbukan silang denga tepung sari dari bunga sempurna lainnya yang masih satu varietas. Bunga yang telah diserbuki lalu diisolasi dan dibungkus dengan kantong kertas minyak (Kalie, 2008 ).
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih dan pengaruh yang ditimbulkan oleh cahaya terhadap perkecambahan.
PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan tanaman di antaranya adalah faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam yaitu termasuk persediaan cadangan makanan dan kandungan hormon dalam biji, yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudah-tidaknya atau cepat-lambatnya perkecambahan. Hal ini dapat dilihat dalam kasus biji rekalsitran dan ortodoks. Beberapa faktor luar yang berpengaruh terhadap perkecambahan antara lain temperatur, kelembapan, air, hormon, dan sinar matahari. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas.
Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
Cahaya memegang peranan yang sangat penting dalam perkecambahan biji dari beberapa tanaman. Biji-biji yang untuk perkecambahannya sangat dipengaruhi cahaya dengan biji-biji yang light sensitif. Kebanyakan biji-biji tanaman menjadi sensitif terhadap cahaya bila biji-biji tersebut dalam keadaan basah. Pencahayaan biji-biji kering tidak efektif dalam menstimulasi perkecambahan, tetapi pencahayaan biji-biji yang telah direndam air kesinar matahari langsung dalam waktu 0,01 detik saja telah mampu memberikan pengaruh stimulasi perkecambahan biji. Jadi di samping peranan cahaya, peranan airpun sangat penting dalam perkecambahan biji. Ini disebabkan karena air mempunyai peranan yang sangat penting dalam reaksi-reaksi biokhemis dalam biji selama proses perkecambahan.
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
1. Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya). Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
2. Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
P650 : mengabsorbir di daerah merah
P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan.
3. Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah.
Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-biji itu memerlukan rangsangan cahaya. Karena itu kelihatannya perkecambahan yang dikendalikan cahaya merupakan satu adaptasi tanaman yang tidak toleran terhadap penaungan. Cahaya sendiri memiliki suatu intensitas, kerapatan pengaliran atau intensitas menunjukkan pengaruh primernya terhadap fotosintesis dan pengaruh sekundernya pada morfogenetika pada intensitas rendah, tetapi sebagian memerlukan energi yang lebih besar
PENUTUP
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan yaitu persediaan cadangan makanan dan kandungan hormon dalam biji, yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudah-tidaknya atau cepat-lambatnya perkecambahan. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkecambahan antara lain temperatur, kelembapan, air, hormon, dan sinar matahari. Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
Sumber :
Dinarto. 2005. Produksi dan Perlakuan Terhadap Biji dan Benih. Jurnal Penelitian Pertanian Indonesia 22 (2): 18-25
Kalie, M. 2008. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya, Jakarta
Sobir. 2009. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermaket. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta
Sujarwati. 2004. Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Jepang (Actinophloeus macarthurii Becc.) akibat Perendaman Biji dalam Lumpur. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 99-103
Warisno. 2003. Budi Daya Pepaya. Kanisius, Yogyakarta